Blog ini, didedikasikan untuk merawat sejarah Ngliparkidul, namun dengan tetap memandang ke depan. Agar generasi Ngliparkidul memiliki masa depan yang lebih cerah dan terarah, namun tak tercerabut dari sejarah yang telah membentuknya.

ccc
  • This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

Miwiti tandur: saben dinane wong tani ing Ngliparkidul

E e ebo Senenge 
Konco Tani Yen Nyawang Tandurane 
Nyambut Gawe Awak Sayah 
Seneng Atine
(Konco Tani, Waljinah)

Akhir musim kemarau dihabiskan untuk menyebar rabuk, rabok, pupuk di tanah yang akan digarap. Dengan harapan tanah menjadi gembur, subur, dan siap ditanami.

Baca: (ng)rabok

Ketika musim hujan datang, maka cancut taliwondho, para kadang tani tumadhang ke sawah ladhang. Siap-siap nandhur. Diawali dengan maculi, ngoreki, agar tanah menjadi abyur, sehingga pupuk kandhang yang sebelumnya disebar tercampur sempurna dengan tanah. 

Dulu, proses ini dilakukan dengan mluku menggunakan hewan ternak. Pada umumnya sapi lanang dewasa yang kuat. Dari sapi ini pula sebenarnya pupuk didapatkan. Sapi -> pupuk -> sawah -> mluku -> sapi lagi. Proses mluku menggunakan  alat yang disebut luku yang ditarik sapi. Setelah tanah diluku, kemudian ditanami, atau disebari bibit padi. Untuk menutup bibit padi, dilakukan proses nggaru.

Nggaru mirip seperti mluku, menggunakan sapi. Namun alatnya yang berbeda.

Kini, di jaman modern, karena perkembangan jaman, owah gingsiring jaman, mluku dan nggaru dilakukan mesin. Modalnya mesin dan bahan bakarnya BBM, bukan lagi dedaunan untuk si sapi. Sapi pensiun.

mluku

Kegiatan bertani ini, dimusim hujan, dilakukan setiap hari. Maklum, para kadhang tani ini tidak sedikit yang memiliki sawah ladang di berbagai tempat. Pirang-pirang kedhok. Sehingga proses menanamnya harus antri. Umumnya di awal penghujan ditanami padi, kemudian periode berikutnya ada ketela, kedelai, kacang dan lainnya.

Mereka dan tanah, sudah seperti sedulur, kadhang sinarawedi, sahabat karib yang sulit dipisahkan. Mereka saling menjaga, memberi dan menerima.

ngorek'i

"Arep nang ndi, Yu..? tanya lek Paijem.
"Wur kacang neng kidul mbaon, Lek".

Demikianlah, percakapan mereka ketika berpapasan, atau melintas di depan rumah tetangga. Basa-basi yang tidak akan basi. Begitulah cara mereka membangun keakraban dan kemesraan. Mereka asyik, masyuk, dan mabuk dalam kegembiraan. Pesta tanam yang dilanggamkan dalam lagu Kanca Tani sebagaimana didendangkan oleh Waljinah.

###

"Sesok arep kelompok, Kang. Ora kuat pirang-pirang kedhok, gur tak garap karo bathih (besok mau saya undang kelompok untuk membantu,  saya tak kuat mengolah jika hanya berdua dengan istri)", seloroh Kang Kromo. Dia tinggal berdua dengan istrinya, yang keduanya sudah menginjak usia renta, senja. Kulitnya telah keriput, pada wajahnya terlihat kerutan yang menggambarkan usaha mbudidaya rejeki untuk keluarga. Sementara ada banyak ladang yang harus digarap. Anak-anak mereka sudah merantau semua ke kota, dan pulang satu kali setahun.

Kang Kromo tetap setia dengan tanah ladangnya, yang dari sanalah rejeki mengalir, termasuk untuk nyekolahke anak sampai berhasil dadi uwong. Meski akhirnya, setelah berhasil, anaknya merantau ke daerah lain, golek pangupo jiwo di kota. Meninggalkan Kang Kromo dan Mbok Kromo berdua saja di rumah. Kang dan Mbok Kromo tetap gembira. Paling tidak anak-anaknya sudah mau kirim kabar, kirim gambar cucu lewat whatsapp, syukur telepon atau video call.



Sumber foto: Dinmaz Peghoek
Video oleh Setyo Budi, diunggah oleh Purwoko

Share:

Trending

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Recent Posts